SENANG sekali. My Bro ajak saya main-main ke sungai bekas objek wisata pemandian.
Bertahun-tahun yang silam, orang-orang Aceh Utara berwisata ke salah satu spot tamasya di Gampong Gunci, Kecamatan Sawang. Sore Rabu 15 Oktober 2014, betapa gembiranya saya karena My Bro ingin memperlihatkan sungai yang pernah menjadi destinasi favorit itu.
Dia pun menyalakan mesin skuter antik di halaman Giat Studio di Pasar Inpres Krueng Mane, Kec. Muara Batu. Vespa keluaran 1976 dengan warna bendera Italia yang kentara: merah, putih, dan hijau. Dengan skuter itu pula, ia sering dinas (kata dia untuk pekerjaannya memotret paket wedding), untuk mendokumentasikan kebahagiaan pengantin baru dalam album kenangan.
“Kata pepatah bijak, pekerjaan yang menyenangkan adalah hobi yang menjadi profesi.” Qoute inilah yang paling mengesankan jika saya mengingat My Bro yang satu ini.
Sore itu, dia bonceng saya. Melibas jalan desa menuju Desa Gunci, Kecamatan Sawang. Melewati sudut-sudut kampung yang sebelum 15 Agustus 2005 sempat jadi sumber suara tembakan. Setelah setengah jam, kami sampai juga di jembatan baja yang menuntun kami ke tujuan, dengan panjang setengah lapangan bola. Belok kiri, sedikit masuk hutan, dan dimatikannya skuter di tepi sungai.
Whooah! Amazing!
Batu-batu mulai dari seukuran buah jambu hingga bisa kami duduki menyebar di bantaran Sungai Krueng Sawang di Desa Gunci ini. Rapi. Sejenak kemudian, kami kunyah gorengan yang dibeli My Bro sesaat meninggalkan Giat Studio tadi.
Enaaak. Saatnya untuk foto-foto di bekas objek wisata pemandian. Yey! Skuter pun menjadi aksesoris pemotretan. Ya, saya mau jadi model saja untuk kali ini. Pengen narsis-narsis dengan vespa tua. Ayo, ayo, kita grufie. 😀
Selanjutnya kami masuk sungai. Saya melihat diri sendiri di permukaan air sungai yang bening dan dangkal, ketika kami pura-pura memilih batu alam di dasarnya, di antara batu-batu kecil. Sementara tak seberapa jauh di sekitar kami, beberapa lelaki telanjang dada dengan otot bagai batu-batu di sungai ini, mengutip batu-batu bulat untuk dijual. Anak-anak lompat-lompatan di bantaran sungai yang lain. Warga lalu-lalang di jembatan baja yang kami lalui tadi.
Dulu—saya tidak tahu pasti kapan—Krueng Sawang pernah difavoritkan sebagai objek wisata pemandian, tapi satu insiden memalukan telah menjadikannya “sungai yang terlarang”. Semenjak kejadian itu, tidak ada lagi aktivitas wisata di sana. Demikian kata Suryadi Kawom, temannya My Bro, yang menyusul kami sore itu.
O, begitu. Baiklah, kami pulang. Di sebuah tikungan dekat lapangan bola, saya dan My Bro berpose ceria bareng skuter tua. Kami berjalan pelan, menyalakan lampu depan, dan saya mengepakkan tangan di belakang My Bro yang mengemudi dengan riang. Suryadi kami “sewa” untuk memotret kami layaknya calon pengantin yang foto prawed. Haha.
Oh, asiknya. Terima kasih My Bro, Muksalmina Blc. Miss you, your skuter, exactly. Haha.
berjalanlah… dan ceritakan pengalamanmu 🙂
Writer : Makmur Dimila