Pulau ini menarik perhatian saya ketika mengikuti workshop jurnalistik budaya dan wisata bertajuk “Become a Travel Writer” April lalu di Banda Aceh. Saya ketemu seorang pemuda pulau terluar di Aceh itu, Sahar, yang aktif promosikan daerahnya via blog.
Saya diajaknya kesana. Tapi belum sempat ngetrip bareng dia ke Pulo Aceh. Justru, saya berlabuh di Pantai Dedap Pulo Nasi, dengan Rinaldi Ad. Itu pun satu jam saja bersama kru TV Prancis. Yaaa, tak banyak cerita dong. 😀
Maka pada trip kali ini, pertama-tama saya dan tim dari Aceh Tourism Magazine, akan menuju Pulo Nasi, satu dari dua pulau besar yang masuk dalam wilayah Kecamatan Pulo Aceh, Kab. Aceh Besar.
Kami ingin liburan. Tapi biasanya akan membawa oleh-oleh berupa tulisan cerita perjalanan. Bahkan, kami sempat-sempatkan diri juga untuk liputan. Haha. Jadi, tak hanya di Pulo Nasi, mungkin pula menyeberang ke Pulo Breueh.
Agendanya, di Pulo Aceh cuma tiga hari: 3 – 5 Januari 2014.
Eumm… Kayaknya enak tuh aroma kenduri maulid di Pulo Aceh. 😀
Kembali dari sana, saya langsung bertolak ke Kabupaten Pidie. 2 jam lebih perjalanan darat dari ibu kota provinsi. Seminggu di kampung halaman, saya akan sempatkan diri ke saudaranya Pidie, yaitu Pidie Jaya.
Ada beberapa hal yang harus saya lakukan di dua daerah yang sering disebut “Pidie Raya” bila harus digabung, baik ikut festival maupun rubrikasi dalam koran lokal–(saat saya bekerja di Harian Aceh dulu, 2011-2012, Pidie Raya diberikan untuk rubrik yang memuat berita dari dua kabupaten ini).
Nah, kemungkinan Safariku tidak update cerita selama trip ke tiga kabupaten itu. Terhitung sejak hari ini (3 Januari 2014) hingga 10 hari berikutnya (13 Januari 2014), admin Safariku ‘call of nature duty’ alias ‘panggilan tugas alam’. Hmm..
So, pembaca setia dan partner kami harap maklum dan selalu menanti cerita-cerita terbaru dari Safariku. Terima kasih. See you soon.
Writer : Makmur Dimila
Berjalanlah… dan ceritakan pengalamanmu 🙂