Melbourne menyambut kedatangan saya dengan cuaca ekstrim. Tiba-tiba: saat menyusuri jalan kota, angin bertiup kencang mengangkat payung ke arah berlawanan; tahu-tahu sudah turun hujan ketika keluar dari ruang kursus; dan sasaran belanja minggu pertama tak jauh-jauh dari pakaian musim dingin.
Pengalaman Mei 2015 itu menjadi angel cerita saya dan Agusta Bunai—peserta kursus jurnalistik Asia Pacific Journalism Centre dari Papua Barat, ketika mentor suruh kami praktikkan satu contoh penggunaan aplikasi mobile journalism.
Sebelumnya mentor Renee Barnes perkenalkan teknik mobile journalism dengan beberapa aplikasi yang baru bagi kami, seperti Audioboom, Wavepad (untuk siaran radio), dan KineMaster (untuk video). Nama terakhir sangat menarik menurut saya, sebagaimana kami lakukan berikut.
(Garing ya videonya, kkk :D)
Ternyata, ngedit pakai KineMaster itu gampang dan cepat. Hanya, kamu harus beli yang Pro agar watermark KineMaster ini tidak muncul di video kita buat. Tetapi hingga kini, saya masih menggunakan yang versi gratis. Tidak masalah, yang penting pesan dalam video tersampaikan.
Di Australia, semenjak teknologi merambah blantika media massa, perusahaan pers mulai meninggalkan media cetak. Beralih ke online. Sedari 2012, sekitar 50 persen media cetak tutup dan pekerja pers dinonjobkan. Alasannya, perusahaan tak perlu gelontorkan banyak dana untuk cetak berita dan bayar gaji wartawan. Hanya media besar yang konsisten terbitkan cetak hingga kini.
Media online di sana pun sangat didukung oleh akses internet yang cepat. Selama di Victoria, di mana pun saya berada, online tidak pernah macet. Meskipun hasil sebuah survei menyebutkan kegesitan internet Aussie di Negeri Kanguru menurun belakangan.
Wartawan mulai menggantungkan kamera besar dalam meliput peristiwa. Mereka produksi dan siar berita hanya dengan sebuah ponsel–inilah kunci dari mobile journalism.
Saya lihat beberapa jurnalis hanya Sodorkan iPhone yang sudah dipasangi iRG (peredam noise) dalam mewawancarai politisi di Parliament House of Australia, Canberra; sebagai satu contoh.
Setelah mengikuti workshop mobile journalism itu, saya pikir aplikasi semacam KineMaster ini bisa digunakan untuk travel blogging. Tak perlu repot-repot membuka laptop untuk bikin satu video perjalanan singkat. Cukup bermodal smartphone yang juga dipakai untuk dokumentasi, saya bisa menyunting video dan bagikan ke sosmed. Berikut beberapa video lain yang saya buat dengan KineMaster versi gratis.
1. Perjalanan ke Peternakan Sapi dan Domba di Talgarno, Victoria. Saya tertarik dengan dua alpaka milik peternak ini, yang bertugas menjaga para kawanan domba.
2. Sambil menunggu dimasakin menu, kami bermain puzzle kayu di salah satu restoran Indonesia yang ada di Melbourne, The Uleg.
3. Bocah-bocah yang bermain bude trieng (meriam bambu) di atas jembatan rusak.
Selamat mencoba!
Writer : Makmur Dimila
Berjalanlah… dan ceritakan pengalamanmu 🙂