Ketika Kopi dan Cokelat Sekamar

Cilet Coklat n Kopi Polem

Bagi saya, (kue) cokelat dan (bubuk) kopi, dua benda yang wajib dibawa dalam perjalanan jauh. Sampai sekarang.

Saya masih ingat ketika akan berangkat ke Australia pada medio 2015. Saat itu saya khawatir takkan temui bubuk kopi atau seduhan kopi terbaik—sesuai selera—di Negeri Kangguru.

Saya pun memboyong satu kemasan bubuk kopi arabika gayo. Jalan-jalan di Kota Melbourne, kemudian membuat saya paham; bahwa itu kota 1001 warung kopi, dengan bentuk kedai yang modern.

Banda Aceh yang juga dijuluki (terpaksa) Negeri 1001 Warung Kopi, kalah dari Melbourne—yang mendapat predikat kota paling nyaman dunia selama lima tahun beruntun sejak 2012.

Cilet Coklat dan Kopi Polem di Qliq 5
Ketika santai sore di sofa kamar 1006 Qliq Damansara, ditemani Cilet Coklat dan Kopi Polem. #AbaikanModel Photo: RaW

Saya mudah saja menemukan cafe yang menjajakan ragam varian kopi. Tak mesti di cafe khusus, tapi juga di foodtruck yang mangkal di tepi sudut-sudut kota.

Sampai satu hari, saya sakit perut usai menyesap kopi espresso yang saya beli dari foodtruck. Sepertinya coffee blend tak cocok dengan lambung saya.

Sebab itu, saya putuskan hanya menyesap kopi arabika yang saya bawa tadi. Setiap pagi hari, atau sore, saya seduh kopi hitam dari rumah flat. Kadang berbagi kopi dengan house-mate.

Sejak itulah, bubuk kopi wajib ada di travel packing list.

Hanya kopi, hingga tahun berganti.

Pada 2016, saya mulai memelajari gaya hidup smart travel. Bagaimana mengurangi pengeluaran agar bisa tetap mencapai tujuan. Bagaimana menghindari beli makanan yang tak penting selama traveling.

Cokelat. Inilah benda baru dalam travel packing list saya tahun lalu. Baik perjalanan dalam negeri maupun luar negeri. Kue cokelat wajib dibawa. Terutama saat solo traveling.

Saya misalnya akan menempuh perjalanan sendiri pada akhir Nov – awal Des 2016. Ke Negeri Jiran: Malaysia. Memang tak jauh, tapi penting untuk hemat biaya dan waktu.

Kala itu, agenda utama saya, mengikuti Famtrip Rentak Selangor selama 4 hari yang dibuat oleh Majalah Gaya Travel di Negeri Selangor Darul Ihsan.

Sebaiknya dibaca: Nafas Melayu

Saya akan sendiri dari dan balik ke Aceh. Sepaket cokelat wajib ada dalam carrier atau tas kecil.

Kenapa? Sebab menurut berbagai penelitian, kakao mengandung senyawa antioksidan bernama flavonoid yang memiliki banyak khasiat bagi tubuh.

Yang paling saya butuh dari cokelat: memberikan rasa lebih kenyang, meningkatkan kesehatan mata, meningkatkan kinerja saraf otak, dan antidepresi. Ini penting that dalam traveling.

Cilet Coklat Aceh

Gerai Cilet Coklat
Suasana di dalam Outlet Cilet Coklat unyu2 banget ya. 😀 Photo: Makmur Dimila

Di Banda Aceh, saya langsung menuju Outlet Cilet Coklat milik Didi Nuriel. Saya mendapatkan satu porsi cokelat cetak berbentuk love. Iya, L O V E.

Oh! Saya akan pergi sendirian dengan membawa cokelat berbentuk hati. Untung, cokelatnya tak berwarna merah. So, apa artinya? Harap-harap saya ketemu dengan perempuan Melayu di sana. Mmm

Terbanglah Cilet Coklat bersama saya ke Kuala Lumpur. Ianya langsung bermanfaat di pagi pertama saya di sana.

Saya menginap di Avenue J Hotel. Meskipun disediakan sarapan pagi, saya tetap mengunyah sebutir Love Chocholate Arabica Coffee dari Cilet Coklat.

Rasanya renyah disertai rasa kopi arabika gayo. Ia cukup menunda rasa lapar, hingga saya turun untuk menunaikan jatah free breakfast.

Bersanding Kopi Polem

Cilet Coklat dan Kopi Polem Qliq
Cilet Coklat dan Kopi Polem bertemu syahdu di kamar 1006 Hotel Qliq Damansara. Photo: Makmur Dimila

Akhirnya, bukan saya yang jatuh cinta dengan membawa kue coklat berbentuk hati. Tapi produk Cilet Coklat itu sendiri.

Tepatnya ketika saya mulai meninap di Hotel Qliq Damansara, di Petaling Jaya, Selangor, sejak hari kedua.

Di lantai 10 hotel bintang empat itu, kamar 1006, Cilet Coklat ‘memadu kasih’ dengan Kopi Polem.

Setiap pagi, atau sore, saya makan coklat kopi arabika ditemani secangkir kopi arabika gayo-nya Kedai Kopi Polem.

Untuk kamu tahu: Cilet Coklat menggunakan kakao yang tumbuh di timur Aceh, sedangkan Kopi Polem mengolah biji kopi arabika yang tumbuh di Dataran Tinggi Gayo.

Walau dari kutub berbeda, ketika keduanya bertemu, rasanya nikmat yang maha.

Sebenarnya, saya yang menjadi Mak Comblang kedua produk itu. Dan saya juga mengajak kawan sekamar untuk sama-sama menikmati dua karya berbeda dari pemuda Aceh.

Sembari menyesap kopi, saya dan Rusli Abdul Wahab aka RaW—blogger Selangor yang tokcer—menatap hutan lebat di balik aliran air hujan pada bagian luar kaca jendela hotel.

Hujan, tentu saat-saat terbaik untuk menjejali mulut dengan cairan hitam pekat, ditambah renyahnya kue cokelat.

Namun jujur. Saya bukan hanya mengenalkan dua brand lokal kepada orang yang menjadi teman perjalanan saya di luar negeri, tapi cokelat dan kopi memang wajib disertakan dalam bepergian.

Mereka sangat membantu. Saya tak perlu beli makanan lain sewaktu lapar, sementara tempat makan masih jauh. Atau. Saya tak perlu membeli cokelat di negeri orang, yang barangkali lebih mahal jika di-rupiah-kan.

Cilet Lebih Dekat

Cilet Coklat dan Kopi Polem di Qliq 4
Terima kasih Cilet Coklat & Kedai Kopi Polem yang telah mendukung traveling Safariku ke Selangor. Photo: Makmur Dimila

Sayangnya, saya hanya bawa satu paket Cilet Coklat. Coba kalau lebih, saya bisa berikan cinderamata kepada kawan-kawan lain selama famtrip. #ColekDidi

Kamu harus rasakan gurihnya cokelat dari Cilet Coklat. Dan kamu berpeluang mendapatkannya secara gratis, dengan ikut giveaway 2 tahun Cilet Coklat yang berlangsung sampai 10 Januari 2017.

Di Banda Aceh, Outlet Cilet Coklat berada di Simpang BPKP, Jalan T Iskandar, Lambhuk. Hanya sekitar 200 meter ke kanan Cilet Coklat, kamu akan menemukan Kedai Kopi Polem, tempat saya menuliskan postingan ini.

Ya, saya sangat menggemari citarasa kopi gayo arabika di Kedai Kopi Polem.

Menyesap kopi arabika untuk memberikan energi dalam tulisan saya, terutama Sanger Espresso, sama pentingnya dengan makan coklat untuk menambah energi saya dalam perjalanan.[]

Berjalanlah… dan ceritakan pengalamanmu 🙂

Writer: Makmur Dimila

7 thoughts on “Ketika Kopi dan Cokelat Sekamar

    1. Tapi itu bukan salah satu syaratnya Kak. Ga mesti sudah makan kue cokelat produknya Cilet Coklat kok, begitu sih kalau saya pahami syarat lombanya. Kan bisa dengan mengutip pengalaman teman atau pengalaman sendiri makan cokelat. 😀

    1. Insyaallah akan bertambah pengetahuan Tina tentang cokelat jika sudah kunjungi CiletCoklat dan ketemu sama ownernya Didi.

      Coklatnya juga enak kok, terutama yang rasa crunchy. 😀

  1. Kopi.. memang jadi bawaan wajib saya juga.. nggak ada kopi rasanya gimanaa gitu.
    Sehari g kena kopi bisa uring2an dan travelling jadi hambar.. hmm kayaknya idenya menarik.. ngajak coklat jadi teman jalan juga hahaha

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *