Pada hari yang lain di bulan Mei, saya dan Rinaldi Ad kembali menyisir sisi timur Pulau Weh. Dari penginapan di Kota Atas, kami ngopi pagi di sebuah kedai kopi tradisional. Sederet mobil tua terbentang di seberang jalan. View yang mantap selagi menyesap segelas robusta, eh, teh panas. Lagi hujan soalnya.
[hr style=”dashed”]
Hujan reda, kami berangkat. Menuju Pantai Sumur Tiga. Hanya 5 menit berkendara, kami sampai. Sebenarnya, kami sudah mengunjungi pantai ini kemarin, namun cuaca kurang mendukung. Atas saran seorang pengelola objek wisata itu, Aci, kami kembali pagi ini.
Kami parkir di halaman kedai wisata milik Aci, pemuda Ie Meulee, desa yang diuntungkan dengan keberadaan pantai eksotis ini. Turun melalui tangga di lereng bukit, kami melihat wisatawan lokal yang sedang mandi di sumur besar berair tawar.
Ini salah satu daya tariknya. Meski terpaut beberapa meter dari bibir pantai, air dalam sumur tua ini selalu tawar.
Sinar matahari gegas memanaskan kulit yang memang kami butuhkan, begitu menjejak pasir putih Pantai Sumur Tiga. Seorang bocah menanam diri dalam tumpukan pasir. Ia menyeringai, sama halnya dengan dua bocah yang bermain layang-layangan saat kami ke spot yang sama kemarin siang.
Pantai Sumur Tiga spot yang menarik untuk mengambil foto sunrise.
Kami akan mengabadikan detik-detik matahari merekah dari sebuah resort di ketinggian, tak jauh dari Casanemo Resort.
Hmm… Panoramanya memang ‘weh’. Lebih-lebih, saya merekam dengan lensa wide yang kusemat di iPad mini. Lihat foto cembung di bawah ini. Ada pemancing pula. Laut yang toska, sungguh ingin terjun ke bawah sana. Yuhuu.
Beberapa wisatawan asing terlihat sedang berjemur di teras Casanemo Resort, sementara yang lainnya mandi di laut dan snorkeling. Mau santai di Sabang? Yuk, ke Pantai Sumur Tiga aja.
Berjalanlah… dan ceritakan pengalamanmu. 🙂Â
Writer : Makmur Dimila
Sebelumnya, Kilo Meter Nol
One thought on “Ke Pantai Sumur Tiga Aja”