Memburu Koin |
Pelabuhan dimanfaatkan warga lokal untuk mencari nafkah. Jasa transportasi, porter, dan menjajakan makanan atau oleh-oleh khas. Namun, jika Anda berkunjung ke Sabang, Aceh, akan mendapati pemandangan lain jika beruntung.
Turun dari kapal feri, siang 27 Mei 2014 itu, saya menyelinap di antara wisatawan lain. Menapaki jembatan menuju pelabuhan.
“Mur, ada bocah itu minta dilempar koin,” fotografer lepas, Rinaldi, mengingatkan saya dari belakang.
Saya menoleh ke belakang, searah pemberhentian kapal, mengikuti sorotan mata teman perjalanan saya itu. Sekitar 6 bocah menjulurkan tangan, meminta-minta dari permukaan air di bawah jembatan dermaga.
“Bang, tiek peng untuk jajan,” teriak mereka, meminta dilempar koin untuk uang jajan.
Menghitung koin yang ada. |
Dengan senang hati, merogoh kocek, Rinaldi melemparkan beberapa koin. Saya ikut menyumbang. Mereka menyelam, jungkir balik, begitu koin meluncur ke permukaan air. Pemandangan yang langka. Tapi sungguh asyik, hingga seorang pria dari boat menegur bocah-bocah itu agar tidak meminta-minta lagi.
Nyemplung yuuuk. 😀 |
Pemandangan yang menarik.
Saya kira, bocah peminta koin itu tak ada lagi sejak 2013 lalu ketika saya ke Pulau Weh kali kedua. Saat itu, mereka sama sekali tak ada saat saya turun dari kapal cepat. Berbeda saat pertama kali saya datangi pada Oktober 2011. Bocah-bocah itu sama girangnya seperti Mei 2014.
Bagi sebagian pengunjung seperti kami, bocah-bocah Balohan itu menjadi pemandangan menarik. Kami senang melihat aksi mereka merebut koin di permukaan air. Mungkin juga akan dirasakan turis lain. Namun ada juga yang menganggapnya sebagai suatu realita yang miris.
Warga Balohan kadang jengkel, menganggap bocah-bocah itu tak etis, lebih terlihat mengemis. Tapi bagi kami, mereka mengasyikkan. Tentu, dari sudut mana kita memandangnya. Dan, Sabang tetap indah.
[Makmur Dimila]
One thought on “Bocah Balohan Penanti Koin”