Berlayar ke Pulau Legenda Amat Ramanyang

Batu Amat Ramanyang.

MALIN Kundang sebuah cerita rakyat tentang anak durhaka yang terkenal dari Tanah Jawa (Minang?). Di Aceh, legenda serupa bernama Amat Ramanyang, anak durhaka yang dikutuk; perahunya karam dan menjadi batu. Sabtu hari pertama November 2014, saya pun berlayar ke sana.

Hujan mengguyur Banda Aceh sejak Jumat malam hingga keesokan pagi. Tetapi tidak dengan Lamreh, desa di Kecamatan Masjid Raya, Aceh Besar, yang menjadi tujuan kami. Sinar matahari di langit Lamreh pun dapat kami lihat saat sarapan pagi di Kawasan Lamgugob, titik start perjalanan kami.
Hari itu, saya diajak Tim Penelitian Situs Lamuri edisi Bawah Laut (Underwater), sebagai kru dokumentasi. Trip ke Batu Amat Ramanyang dimulai dari Dermaga TPI Lamreh di Dusun Alue Thoe. Puluhan boat kayu tertambat di tepi Pantai Leuen Lhok (โ€˜Halaman Dalamโ€™ bila di-Indonesia-kan).

Pantai Leuen Lhok.
“Silakan dipilih boatnya, mana yang suka”. ๐Ÿ˜€
Hawa teuh nyelam… :'( Belum ada sertifikat.

Kru dibagi dalam tiga boat nelayan setelah mendapat izin Panglima Laot Lamreh. Rombongan penyelam, tim dokumentasi, dan pemancing mania. Coba tebak, saya di boat mana? #kalau benar saya kasih ikan segar ๐Ÿ˜€

Batu Amat Ramanyang (TARGET) semakin terlihat besar semakin boat berlayar. Hanya 15 menit mesin boat meraung alias meutep-tep, setelah menempuh hampir satu mil atau sekitar 1,5 km dari Pantai Leuen Lhok, perlahan tekong membawa pelan, mengelilingi TARGET dari radius +- 25 meter.
Batu tangkuban perahu Amat Ramanyang itu sebenarnya lebih layak disebut pulau kecil. Dari atas permukaan laut, ketinggiannya lebih kurang sebatang pokok kelapa. Saya melihat ada beberapa pohon yang tumbuh di puncaknya. Di sisi selatannya, tampak lobang tembus di bagian bawah batu. Di puncaknya, undakan batu menyerupai kepala manusia yang tengahย menatap Selat Malaka.

View Perahu Amat Ramanyang dari barat.
Puncaknya mirip kepala manusia, kan? #Mirip2in aja udah.. ๐Ÿ˜€
Boat memutar ke timur dan berhenti pada jarak 30 meter. Para diver pun menyelam. Mencari tahu batu nisan yang diduga peninggalan Kerajaan Lamuri di sekitar pulau Amat Ramanyang.
Satu boat berisi tim dokumentasi stand by di sana, yang rencananya sembari snorkeling. Satu boat lagi yang lebih mirip sampan, kembali dermaga untuk mengangkut makan siang kelak. Sementara saya, yang dalam boat pemancing, melancong ke utara, mencari spot mancing bersama teman-teman Aceh Tourism Magazine lainnya. #Haha, apakah Anda salah tebak?:D

It’s time to dive.
Wah, aneh ya kakinya. ๐Ÿ˜€

OKE. Kita bahas legenda Amat Ramanyang sekarang. Menurut cerita tetua-tetua Aceh yang saya tanyakan, Amat Ramanyang merupakan seorang pemuda desa di Aceh Besar. Suatu masa, ia merantau meninggalkan ibunya di kampung. Dia tak betah hidup miskin. Ibunya mengizinkan asal tidak lupa orangtua begitu berhasil kelak.

Amat Ramanyang berangkat dengan perahu dari kampungnya melalui Selat Malaka. Setelah bertahun-tahun, dia kembali ke Aceh. Ihwal kepulangannya diketahui ibunya yang sudah tak sabar ingin melihat seorang anak yang sudah sukses di negeri orang.
Amat Ramanyang pun melihat seorang perempuan tua di daratan begitu tiba di Teluk Krueng Raya. Perempuan tua meneriakinya: โ€œNak, ini ibumu,โ€ seraya menyodorkan sebungkus nasi alias bu kulah selayaknya adat menyambut tamu dari jauh.
Kalian tahu lah cerita Malin Kundang. ๐Ÿ˜€
Amat Ramanyang tidak mengaku dan mengabaikannya hingga berkali-kali dipanggil Sang Ibu. Akhirnya, ibunya marah besar dan mengeluarkan kalimat kutukan tanpa sengaja: โ€œTerkutuklah kamu, Nak.โ€ Badai pun datang lalu menenggelamkan lelaki itu bersama perahunya.
Kita tidak diwajibkan percaya atau tidak.
Selain simbol dari cerita tersebut, Pulau Amat Ramanyang juga terbentuk akibat perang pada masa Kerajaan Sultan Iskandar Muda. Meriam yang diluncurkan kolonial dari perairan ke pertahanan pasukan Aceh di pantai, menghantam batu karang yang menonjol ke laut itu sehingga mengalami perubahan bentuk. Memang, ada beberapa benteng peninggalan perang jaman dulu di sepanjang pantai Kawasan Aceh Besar bagian timur.
Cerita Amat Ramanyang atau Malin Kundang, entah benar ada sejarahnya atau tidak, sejatinya mewakili pesan universal, bahwa sedikit saja melukai hati orangtua pasti ada akibat buruknya. So, buatlah mereka bahagia. [Bersambung]
Ayo bersafari ke Aceh Besar ๐Ÿ™‚

RALAT: Cerita legenda Malin Kundang berasal dari Sumatera Barat. (12 Nov ’14)
Writer : Makmur Dimila

11 thoughts on “Berlayar ke Pulau Legenda Amat Ramanyang

  1. Aku penasaran sama temuan penyelam di sekitar Amat Ramanyang tu. Sambungannya nanti ada penampakan bawah lautnya ga? ๐Ÿ˜€

    Btw, Malin Kundang itu legenda dari Sumatra Barat, Om. ๐Ÿ™‚

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *