View dari halaman Pulau Weh Resort, salah satu spot yang dinikmati peserta TIME 2014. |
PENGALAMAN ini sungguh tak terduga. Saya sudah berusaha berkali-kali menolak tawaran tur gratis ke Sabang, tapi takdir berkata lain#udah kayak ucapan dokter gagal menolong pasien yak?:D Akhirnya saya keliling Pulau Weh bersama rombongan Pasar Wisata Indonesia atau Tourism Indonesia Mark & Expo (TIME) 2014, Minggu lalu.
Sabtu sore, Rinaldi AD owner operator tour Discover Aceh, hubungi saya untuk menemani dia ke Sabang. Ceritanya, setiap seller atau buyer di acara TIME diberi jatah tur untuk 2 orang. Tapi saya ogah karena sedang sangat lelah.
Memang, belakangan kami sering duet untuk liputan majalah Aceh Tourism. Dan sebenarnya dia telah memilih orang yang tepat, ya, setidaknya akan ada berita Sabang Tour buat majalah. Akhirnya Ikbal Fanika yang dapat rejeki.
“Bal, kamu tulis hasil turnya ya,” pesanku pada fotografer Aceh Tourism Magz itu.
Eh, besok pagi, setengah 8, Ikbal malah telfon saya. “Mur, Bang Naldi gak enak badan, jadi perlu kawan satu lagi untuk gantikan dia, kiban?”
Oow! Ini kesempatan kedua. Sudah di depan mata. “Baiklah, jam berapa kumpul?” tanya saya. Delapan, di Hotel Hermes, jawabnya. Bergegas siap-siap, tepat jam 8 kami mengendarai motor ke Hotel dari Peurada.
Sampai di sana, rombongan TIME baru saja diangkut bus ke Pelabuhan Ulee Lheue. Sementara kami masih buta bagaimana cara dapat tiket gratis kapal cepat. Atau setidaknya berkomunikasi dengan panitia. Soalnya, hape Bang Naldi mati!
Brmm…
Untungnya, KM Express Cantika 89 belum “take off water”. Dan kami bingung. Saya temui seorang seller yang kemudian kutahu namanya Linda, owner Linda Homestay. Setelah menjelaskan bagaimana kami bisa ikut tur ini, dia pun menyarankan kami segera masuk barisan rombongan yang sedang masuk kapal.
“Sini, biar saya bilang ke panitia,” ajaknya.
Kata seorang turis lainnya, kami harus dapatkan pita untuk bisa masuk free ke kapal, bahkan pre tek-tok nanti di sana. Dan atas saran seorang official, saya menemui seorang Agam (Duta Wisata Pria) Banda Aceh yang bertugas mendistribusikan pita.
“Pas kali, Bang, cuma dua lagi,” katanya.
Dia pun sodori saya dua pita kuning tanpa perdebatan. Dalam hati saya, “ini memang jatah kami.” Alhamdulillah, lega. #rejeki anak shaleh. Untungnya Bang Naldi kemaren waktu registrasi hanya menulis dua orang tanpa mencantumkan nama. Anda bisa bayangkan bagaimana senangnya saya pagi itu. 😀
Akhirnya, kami berangkat. Rombongan disambut Walikota Sabang, bahkan dipandunya mengelilingi Pulau Weh, dari barat ke timur, hingga kembali ke Pelabuhan Balohan pada sore hari.
Walikota (membelakangi kamera) menjemput tamu TIME 2014 di Pelabuhan Balohan. |
Saat rombongan ke Iboih, saya jumpai Walikota Sabang, Pak Zol (Zulkifli H Adam) yang rupanya sudah mengenal saya karena lama berkomunikasi dengannya waktu liputan ke sana Juni lalu. Bagus dong untuk melengkapi sumber liputan saya tentang TIME 2014.
Keliling Pulau Rubiah. |
Me & Travelmate |
Pengen nyemplung saya, sayang tak bawa baju ganti… 😀 |
Partnership. 😀 |
Go home, but we’ll be back. |
Sabang sungguh indah, terlalu “weh” untuk diabaikan kesempatan ke sana. Terima kasih Bang Naldi, terus maju Discover Aceh-nya, dan selalu dimudahkan langkahmu. Amiin..
Oh ya? Kenapa pita kuning?
“Pita kuning itu untuk peserta TIME dari kalangan media,” kata Kak Zul, pemandu rombongan pita kuning yang satu bus saja. Selain kuning, ada pita merah untuk seller dan pita hijau untuk buyer. Hmm… Apapun warna pitamu, mari terus promosikan pariwisata Aceh. Ayo bersafari ke Sabang. 🙂
Writer : Makmur Dimila
Berreh…..
Ayo “weh”kan Sabang!
*pajan-pajan pakat lon 😀
Hehe, yuk Mas Bro.. Pajan2 na watee pakat lon laju “weh-weh” u Sabang.