SELEPAS siang itu, bocah-bocah lelaki dan perempuan, berkumpul di meunasah (surau) darurat. Meunasah berkonstruksi kayu itu dibangun di salah satu sudut lapangan bola kaki Desa Kute Gulime, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah.
Satu-satunya tempat ibadah yang tersedia bagi ratusan pengungsi. Pada malam Ramadhan 1434 hijriyah, sebagian dari mereka melaksanakan salat sunat tarawih. Tadarus juga dilantukan beberapa pemuda ketika larut malam bahkan hingga menjelang sahur.
Selama beberapa malam di sana, selalu saya mendengar bocah membangunkan semua orang dari mik. “Sahur, sahur!” Siang hari, meunasah itu dijadikan Taman Pendidikan Alquran bagi bocah-bocah pengungsi. Dengan Alquran sumbangan pendonor, para relawan mengajari mereka. Mereka juga cukup bersemangat, seperti Anda lihat di foto. Semangat yang muncul pascabencana. [Makmur Dimila]
Wah, lucu ya adek ini, semoga jadi muslimah sejati hingga besar nanti 🙂
“Amiiinnn… Waktu udah besal nanti, Adek mau ugak dong jadi pemuda inspilatif dan sukses kayak Bang Heji.. Hehe” 😀