Di bekas peninggalan koloni Jepang, saya berhasil mengelilingi setiap sudut kompleks, tidak seperti pasangan turis asal Jerman dan wisatawan dari Medan. Sayangnya, saya belum sempat menanti matahari terbit dari sini, yang kata traveler spot terbaik untuk melakukan hal itu.
[hr style=”single”]
Hari itu, pagi 28 Mei. Kami menumpangi mobil taxi dari Kota Atas, melibas jalan aspal di sisi timur Pulau Weh. Melewati Pantai Sumur Tiga dan Pantai Anoi Itam yang letaknya di pinggir jalan. Masuk Benteng Anoi Itam melalui lorong dekat sebuah kios yang tutup.
Hutan yang asri menyambut. Kami harus menaiki anak tangga. Menjajal lorong demi lorong. Sejenak kemudian kedatangan rombongan wisatawan dari Medan. Mahruzar dan keluarga. Anaknya yang gadis ketagihan berpose dalam lubang persembunyian. Bahkan saya diminta bantu memotret mereka.
Ketika sedang asik menikmati meriam di puncak bukit, terlihat sepasang turis yang kemudian kutanyakan, keduanya berasal dari Jerman. Langkah mereka menjadi angle menarik saya foto. Gambar ini justru dimuat di laporan saya untuk Majalah Aceh Tourism, meskipun memotret dengan iPad mini.
Mereka meninggalkan lokasi, tapi kami menyisir bagian utara benteng. Kami bahkan bermain-main di batu koral.
Ini merupakan salah satu spot atraksi wisata yang kerap abai dari perhatian turis di Benteng Anoi Itam. Saya bahkan turun melalui sela-sela batu karang yang runcing.
Anda yang ingin tahu lengkap tentang Benteng Anoi Itam, silakan baca laporan kami di Majalah Aceh Tourism edisi III. Tentu, ulasan yang tak sama dengan cerita saya di Safariku. Temukan di sini.
Berjalanlah dan ceritakan pengalamanmu 🙂
Writer : Makmur Dimila
Selanjutnya, AIR TERJUN PRIA LAOT
2 thoughts on “Benteng Anoi Itam dan Sisi Terlupakan”