Suasana dalam Guha Tujoh. Foto: Sammy Khalifa |
Assalamualaikum kaum muslimin dan muslimat al-ahyau minkum wal-amwat.
Perkenalkan, saya Riazul Iqbal Pauleta. Kali ini dalam acara “Kemana Mana Aja”, saya akan mengajak Anda ke Guha Tujoh. Gua atau “guha” dalam Bahasa Aceh adalah lubang di gunung, seperti hatiku ini yang berlubang tanpa kehadiranmu.
Menuju Guha Tujoh kita bisa masuk melalui Simpang Beutong. Jaraknya kira-kira 100 km dari Banda Aceh. Itu lho pemirsa, daerah yang ada penduduknya setelah melewati gunung Seulawah. Yang banyak dijual pisang itu. Ada juga petunjuk jalannya di lintasan jalan Banda Aceh-Medan. Menuju gua, kita harus menempuh jarak 30 km. Melewati jalan tidak beraspal sekitar 20 km.
Tapi jangan khawatir pemirsa, jalan yang jelek diobati dengan pemandangan yang sangat luar biasa bagus. Kita bisa melihat gunung Seulawah Dara yang tinggi menjulang kalau kita lihat dari jalan Banda Aceh-Medan. Tapi melalui jalan ke Guha Tujohini, gunung tersebut terlihat rendah dan dekat.
Tidak itu saja, dari atas jalan gunung berkarang ini, kita bisa melihat Kota Sigli, Masjid Al-Falah, tower-tower komunikasi, sawah–sawah, tambak-tambak dan orang yang kita cintai, terlukis wajahnya di awan biru. (Cuma bagi yang sedang jatuh cinta). Indah sekali pemirsa.
Tandingannya di Banda Aceh mungkin seperti pemandangan di Bukit Soeharto. Tapi ini lebih luar biasa karena kita bisa melihat ribuan pohon kelapa berjejer di pinggir pantai nun jauh di sana. Seperti di Hawaii.
Ayo kita jalan lagi pemirsa. Haus saya! Untungnya rasa haus di puncak jalan gunung ini dapat diobati. Di sepanjang jalan menuju gua ada orang yang berjualan minuman ringan (karena minuman berat susah untuk dibawa ke gunung ini). Juga makanan ringan. Saya minum dulu ya? Tidak saya sebutkan mereknya. Karena tidak menyeponsori ‘kepergian’ saya ini.
Selain miring dan maring (minuman ringan dan makanan ringan) di sini juga dijual hasil alam yang melimpah di daerah ini, madu dan ‘blackberry’ (boh jambee kleng atau jomblang). Madu adalah minuman kesehatan yang ada dalam Alquran dan sangat dianjurkan oleh Rasullulah. Dan madu sangat dibenci wanita. Wanita lebih baik diracun daripada dimadu.
(Lalu terdengar sayup-sayup Ahmad Dhani menyanyikan lagu Madu Tiga, lalu setelah Ahmad Dhani ada band J-Rock membawakan tembang kenangan Madu dan Racun.)
Sudah hampir sampai pemirsa. Ini dia jalan masuknya, cuma 200 meter dari jalan besar berkarang tadi. Kami sudah dipanggil-panggil oleh tukang parkir menawarkan lapaknya. Tapi kami tidak peduli dan terus jalan sampai kelihatan guanya baru kami parkir di sana. Lebih dingin!
Pintu masuk Guha Tujoh. Foto: Rinaldi A Thal |
Nah! Sudah sampai di mulut gua. Banyak sekali yang berjualan maring dan miring. Sehingga membuat pintu masuk gua mengecil. Wah! Bahkan ada yang berjualan di dalam gua. Hah? Ada motor juga di dalamnya. Bagaimana ya cara motor itu masuk?
Mari kita tanyakan pada pemandu! Pemandunya banyak, anak-anak sampai bapaknya anak-anak. Senjata utama pemandu adalah senter. Itu juga cara membedakan mana pemandu mana wisatawan.
Kami agak jual mahal dengan para pemandu. Kami berkeliling dulu sendiri. Pemandu anak-anak setia mengikuti. Sudah jadi kami yang memandu mereka. Tanpa pemandu kita tidak bisa turun ke bawah, ke dalam perut bumi. Hanya berputar–putar di tepian gua yang disinari senter terbesar di dunia (matahari) saja. Demikian juga hidup kita. Tanpa panduan (Alquran dan hadits) kita akan tersesat dan berputar-putar dalam kesesatan dunia.
Kami terus dirayu-rayu oleh pemandu. Salah satu rayuan mautnya adalah “Reugo neujak jioh menyoe hana neutren u dalam/rugi datang kalau tak masuk ke dalam gua.” Tapi aku lebih suka rayuan satu lagi, “Peng neujok ube ikhlas/Kasih uang seikhlas mungkin.” Akhirnya kami memilih pemandu. Mengikuti lampu senternya.
Mari pemirsa. Kita lihat Guha Tujoh lebih dalam. Dulu, menurut saya dengar-dengar dari orang-orang Laweung, Guha Tujoh atau Guha Laweung ini mempunyai 7 terowongan. Salah satu terowongannya tembus ke Mekkah! [Bersambung]
Writer : Riazul Iqbal Pauleta
Gue suka rada2 parno kalo masuk2 gua macam begini 🙁
Sebenarnya jiwa kita itu yang bikin parno, bukan tempat yang kita masuki. Hehe. Semoga cepat hilang parnonya ya. 😀
Waaah, keren guhanyaa…. Tulisannya kocak, bikin penasaran. 😀
Datanglah kesini, Mas Bro.. Dijamin seru deh pokoknya 😀
duh, motor masak sampe masuk pintu gua 😐 sayang kalau sampai gua nya rusak 🙁
Hmm, itu ulah pengunjung yang tak paham pariwisata, tak ngerti apa dampak kecantikan dan kebersihan satu objek wisata. Semoga mereka sadar. 😀