Visi hari ini adalah melihat ke depan dengan penuh optimis. Penuh keyakinan. Dan yang paling penting dari melihat ke depan saat berkendaraan adalah biar tidak ditabrak orang. Sedangkan misi hari ini merupakan misi yang luar biasa: meneliti sejarah bangsa Aceh bangsa yang mulia.
Hari ini saya mau melihat Tongkat Iskandar Muda atau lebih dikenal Tongkat Po Teumeruhom.
Menurut situs wisata pidie, Tongkat Po Teumeureuhom merupakan pemberian Sultan Iskandar Muda saat baginda singgah di Mesjid Labui, Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie. Dalam masa pemerintahan baginda banyak mesjid dibangun.
Mesjid Labui dibangun tahun 1612 M. Ketika singgah di sana, baginda meninggalkan sebuah tongkat kuningan yang panjangnya 1,2 meter dan berat 5 kilogram serta bentuknya beruas-ruas seperti batang tebu.
Pada setiap kali bermara ke medan perang, Sultan Iskandar Muda menempuh jalan darat, berkendaraan gajah putih, dan singgah pada tempat-tempat tertentu untuk menghimpun kekuatan.
Tapi tongkat saja tidak seru, disana ada mie caluek yang enak tidak jauh dari masjid. Para jamaah oh jamaah mampir di sana dulu sebelum ke masjid. Makan mie sambil menunggu azan. Ada juga yang makan mie, sambil melihat penjualnya yang berbeda jenis kelamin. Astaghfirullah.
Yang membuat saya kembali lagi ke masjid ini adalah saya baru tahu sejarahnya kemarin. Katanya di sana ada tiga tongkat Iskandar Muda.
Satu ditaruh dalam kaca dekat mimbar karena sudah tua, dan yang replika dipegang saat khatib berkhutbah, satu lagi dilempar ke sumur di depannya.
Saat pertama mencapai Masjid Labui, saya langsung ke sumur yang besar di samping masjid, untuk lihat adakah masih menancap tongkat bersejarah itu di sana.
Rupanya sumurnya sudah dangkal dan banyak batu-batu kerikil di dalamnya. Tapi masih sama teksturnya dengan perigi tua lain yang bisa dilihat di Pesantren Al-Furqan Bambi, Dayah di Beutong Pocut dan Masjid Po Teumeruhom di Busu.
Setelah Jumatan, saya bertemu dengan beberapa teman orang desa di sini termasuk sekretaris Forum Lingkar Pena Sigli Rully Oon. Beliau mengenalkan saya dengan panitia masjid sampai ke Imum Syiek Masjid Labuy Tgk Muhammad Yasin Yunus.
Setelah mencuci tangan kami baru diperbolehkan mendekati tongkat Iskandar Muda ini.
Sang Imum Syiek mengatakan: jangankan difoto, dipegang juga boleh. Saya terpesona dengan tongkat ini sehingga tak tahu harus tanya apa lagi sama Teungku yang sudah menjadi Imum Syiek sejak tahun 1982 ini.
Akhirnya asyik foto-foto masjid, mimbar dan tongkat. Saya jadi lupa tanya sejarahnya bagaimana. Beliau hanya mengatakan kalau Po Teumerehom itu badannya lebih besar dan lebih kekar dari kita-kita sekarang. Saya jadi teringat The Rock yang soleh pas dibilang begitu.
Dulu satu-satunya masjid di Pidie, ya ini. Jadi masyarakat kalau pergi Jumat semua kesini. Termasuk yang dari Tangse, mereka berangkat ke masjid ini sejak subuh supaya sampai sebelum khatib naik mimbar. Karena kalau khatib sudah naik mimbar kita tidak tercatat lagi oleh malaikat sebagai jamaah Jumat.
Bang Oon juga bilang masjid tertua ini dibangun dengan arsitektur unik sehingga saat azan, tiang-tiangnya memaksimalisasi suara muazzin sehingga menggema sampai ke pelosok desa. Ini sudah diteliti oleh ahli fisika … saya lupa, pokoknya ada sambungannya.
Mimbarnya juga istimewa. Arsiteknya langsung dari Cina. Mimbar ini dibuat oleh kaum bermata sipit itu tahun 1612 M.
Menurut Aceh Tribun, Masjid Raya Labui awalnya bernama Masjid Raya Po Teumeureuhom. Bangunan pertama terbuat dari kayu beratap rumbia. Kemudian dindingnya terbuat dari batu bercampur kapur.
Waktu itu Po Teumeureuhom, Sultan Iskandar Muda (1607-1636) bersama masyarakat membangun masjid tersebut secara bergotong royong. Masyarakat bersedia berdiri sekitar 30 kilometer untuk mengangkut batu secara estafet, dari Kecamatan Muara Tiga ke Labui. Po Teumeureuhom sempat mendatangkan arsitek dari Cina untuk membangun masjid yang kemudian dilestarikan menjadi cagar budaya.
Semoga saya bisa suatu saat nanti khutbah di sana dan bisa berlama-lama mengupas sejarah dan memegang tongkat Iskandar Muda sambil membaca rukun dua Al-khutbah. Aminn![]
Writer : Riazul Iqbal Pauleta
Berjalanlah… dan ceritakan pengalamanmu 🙂
Terkait, Menjenguk Sultan Iskandar Muda di Tengah Kota
2 thoughts on “Masjid dan Tongkat Iskandar Muda, Sejarahnya di Pidie”