Kelelahan menempuh perjalanan yang kami rasakan terbayar lunas. Pantai ini benar-benar tidak mengecewakan. Tetapi lahirlah kisah baru saat pulang melalui rute berbeda.
[hr style=”3d”]
Pasi Saka hari itu sulit saya tinggalkan, seolah-olah saya hendak berpisah dengan sebuah kampung yang memiliki bunga desa (baca: gadis rupawan). Namun pemandu sudah tak sabar suguhi kami tantangan baru.
Oh, ya?
Jika pergi melalui dua badan perbukitan, pulangnya menyisir tepi tanjung dan perbukitan itu sendiri. Rute yang sebenarnya bersebelahan. Dan selama perjalanan pulang, pemandangan lautan membuat kami sulit lelah, meskipun harus merangkak di lereng tebing terkadang.
Pada separuh perjalanan pulang, tantangan itu benar-benar menghadang, tetapi mesti kami lalui. Tebing bukit membentang bagai tembok besar, setinggi pohon kelapa!
Kami nyaris tak percaya kalau dibawa via rute ini. Pandai sekali mereka bikin kejutan dalam ekspedisi ke Pasi Saka.
Seutas tambang terjuntai dari atas. Rupanya ini rute yang biasa dilalui para pemancing dan pekebun. Dengan tali sebesar jempol kaki itu, kami harus merangkak pada tebing. Kuncinya jangan lihat ke bawah. Itu saja.
Awalnya saya agak ragu. Tapi Bapak Samsuar, Kabid Pariwisata Dishubkomintelbudpar Aceh Jaya saat itu, dengan lincah berhasil sampai ke puncak. Dia bahkan masih berpakaian dinas.
Kenapa saya dan kawan-kawan yang lebih muda tidak mampu uji nyali?
Ketika tinggal tiga orang di bawah, yaitu saya, Ikbal Fanika dan Taufik, rasanya menegangkan; apakah tambang itu akan putus saat salah satu di antara kami naik? Oh, jangan!
Saya ajak bermain sut dengan Taufik. Yang menang ia naik duluan. Dan, saya telunjuk, dia kelingking. Duluan saya dong. Hehe.
Alhamdulillah, kami bertiga berhasil menyusul dengan selamat dan bergabung dengan rombongan yang menunggu di atas sana.
Pasi Saka sudah jauh di belakang. Fase sulit sepertinya sudah berakhir dengan melewati tembok alam itu.
Treking selanjutnya melalui kebun warga di pinggir bukit, itu tak terlalu sulit. Beberapa sisi tebing juga masih kami langkahi. Hingga sampai di pantai pada bekas Gampong Mate Ie yang kami jumpai saat memulai perjalanan tadi.
Gerimis kemudian jatuh. Membersihkan kotoran lumpur di kaki kami. Heum, saya harus kembali ke Pasi Saka suatu kali, kayaknya enak ngecamp di sana.[]
SEBELUMNYA, Pantai Pasi Saka
Writer : Makmur Dimila
Berjalanlah dan ceritakan pengalamanmu 🙂
One thought on “Pulang dari Pasi Saka, Menegangkan!”