12 Perjalanan #Safariku 2015 Terfavorit di Instagram

Perjalanan Safariku 2015

Kalau kita tidak melangkah melewati batas-batas kita sendiri, berarti kita tidak mengalami kemajuan. Satu tweet dari buku Saat-saat Penuh Inspirasi-nya penulis kondang Paulo Coelho ini cukup membangkitkan kenangan perjalanan Safariku selama 2015.

Selama setahun itu, Safariku melanglang-buana ke berbagai tempat, baik daerah, dalam negeri, maupun luar negeri, untuk menemukan inspirasi dari sebuah perjalanan. Mendatangi tempat-tempat baru dan menjumpai orang-orang asing.

Perjalanan Safariku ini kebanyakan atas kemauan saya sendiri. Dengan sengaja melakukan perjalanan, sesekali menempuhnya sambil bertugas. Sedikit yang mendapat sponsor dari suatu lembaga atau pihak. Berikut cuplikannya yang mungkin menginspirasi kamu untuk segera keluar dari rumah.

1. Mengawali Tahun di Pulo Nasi

Foto kiriman Makmur Dimila (@makmurdimila) pada

Pulo Nasi, satu dari dua kemukiman di Kecamatan Pulo Aceh, Aceh Besar, menjadi tempat kontemplasi saya sebelum memulai hari-hari penuh kejutan. Pulo Nasi yang hanya berjarak 1 jam perjalanan laut dari Banda Aceh, memberikan keheningan yang memulihkan tenaga dan pikiran, oleh keindahan alam dan ketertinggalan daerah itu sendiri.

Foto di atas adalah seorang travelmate berekspresi dalam perjalanan Safariku pulang dari Pulo Nasi, 5 Januari 2015.

2. Menjadi Tarzan di Tahura PMI

Foto kiriman Makmur Dimila (@makmurdimila) pada

Di Saree, Aceh Besar, yang diapit Gunung Seulawah Agam dan Seulawah Inong, Taman Hutan Raya (Tahura) Pocut Meurah Intan menjadi paru-paru udara Aceh dengan keanekaragaman hayatinya. Tahura PMI memiliki luas 6.300 ha yang terbagi dalam dua wilayah: Kabupaten Aceh Besar dan sebagian Kabupaten Pidie.

Foto di atas adalah ‘Atraksi Tarzan’ yang saya coba di objek Jungle Track Tahura PMI, 1 Februari 2015, yang direkam oleh Ikbal Fanika.

3. Merekam Pulau Gosong dari Udara

Foto kiriman Makmur Dimila (@makmurdimila) pada

Perjalanan Safariku mencapai Kepulauan Simeulue pada April untuk sebuah riset pariwisata. Gugusan pulau di ujung selatan Aceh ini harus ditempuh dengan beberapa jenis perjalanan: darat dan laut, atau udara. Saat pergi, saya menempuh perjalanan darat 8 jam dari Banda Aceh ke Labuhan Haji, Aceh Selatan, kemudian menyeberang ke Simeulue dengan kapal cepat tiga jam.

Foto di atas adalah potret Pulau Gosong tak jauh dari daratan Aceh Barat Daya yang kemudian menjadi andalan pariwisata daerah itu; bagian dari perjalanan pulang menggunakan pesawat Susi Air dari Bandara Lasikin, Simeulue, ke Bandara Blangbintang.

4. Bermain Selancar di Simeulue

Foto kiriman Makmur Dimila (@makmurdimila) pada

Seminggu di Simeulue, Safariku menjelajahi hampir separuh kepulauan itu. Saya menginap di home stay yang berada di Pantai Alus-alus, Kecamatan Teupah Selatan. Pantai itu menyajikan pesona matahari terbit di sisi timur dan terbenam di sisi barat. Dan keindahan itu menjadi santapan saya sehari-hari.

Foto di atas adalah dua travelmate yang baru pulang dari bermain selancar dada di Pantai Alus-alus, 17 April 2015. Saya sendiri ikut belajar meluncur dengan papan selancar bersama mereka.

5. Bertemu Tokoh Aborigin di Aussie

Foto kiriman Makmur Dimila (@makmurdimila) pada

Pertama kalinya saya menjejakkan kaki ke luar negeri pada Mei. Australia menjadi destinasi pertama, sebuah negara juga benua yang berada di Laut Pasifik, tak jauh dari Indonesia. Pada satu kesempatan, kami keluar Kota Melbourne, ibukotanya Negara Bagian Victoria, menuju Canberra, dan mencapai Albury-Wodonga, di Negara Bagian New South Wales.

Foto di atas adalah pose saya bersama seorang tokoh aborigin dari suku Wiradjuri, Yalmambirra, di Charles Sturt University, Albury, 22 Mei 2015, dijepret Agusta Bunai, teman jurnalis dari Papua Barat. Yalmambirra salah satu dari sekian banyak orang aborigin di Aussie yang berjuang untuk mengangkat derajat penduduk asli (indigenous people). Dari dia saya tahu bahwa Australia memiliki 500 suku, 250 bahasa, dan 80 dialeg.

6. Malam di Puncak Melbourne

Foto kiriman Makmur Dimila (@makmurdimila) pada

Menghabiskan malam terakhir Melbourne di puncak Menara Eureka Skydeck 88. Saya masuk menara ini sendirian. Di puncak, saya membayangkan hari-hari yang indah yang telah 5 minggu saya jalani dan saya tak ingin mengucapkan selamat berpisah. Ada banyak kawan baru dan pengalaman mengesankan saya dapat dari Aussie.

Foto di atas adalah refleksi cahaya lampu Flinders Railway Station yang saya jepret dari viewfinder di lantai 88 Eureka Skydeck, 5 Juni 2015. Di ruangan ini, pengunjung dapat melihat berbagai situs menarik Kota Melbourne lebih dekat dari lubang intip yang telah disediakan.

7. ‘Dicubit’ Kue di Bandung

Foto kiriman Makmur Dimila (@makmurdimila) pada


Sepulang dari Aussie, perjalanan Safariku berlanjut di Jakarta dan Depok, selama satu bulan. Suatu kali sempat ke Bandung untuk sebuah tugas dari seorang kenalan di Jakarta. Saya bersemangat sekali ke Kota Kembang yang dipimpin Ridwan Kamil itu. Banyak kreativitas di sana, salah satunya saya temukan di Gerai Cub’s terletak di Jl. Tubagus Ismail, Kota Bandung.

Foto di atas adalah Cub’s Cake yaitu Kue Cubit karya pemuda kreatif Bandung yang saya coba, 16 Juni 2015. Cub kependekan dari kata ‘cubit’, kata pemilik usaha ini. Ia juga punya slogan kreatif, “eat and chat”. Makan dan tuturkan. 

8. Di Bawah Kubas Emas Depok

Foto kiriman Makmur Dimila (@makmurdimila) pada


Depok, dijuluki Kota Belimbing, juga memiliki masjid termegah layaknya Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh. Masjid Kubah Emas. Saya sempat beberapa kali salat tarawih di masjid bernama asli Masjid Dian al-Mahri ini. Ia dibangun dalam kompleks seluas 60 hektare di Jl. Meruyung, Kec. Cinere. Kubahnya memang berlapis emas murni.

Foto di atas adalah keindahan pada malam ke-16 Ramadhan, 2 Juli 2015. Bulan penuh berwarna jingga bertengger di sisi kubah emas cukup menarik minat saya untuk mengabadikannya via smartphone.

9. Kangen Dingin Lari ke Takengon

Foto kiriman Makmur Dimila (@makmurdimila) pada

Saya baru kembali ke Aceh menjelang Idul Fitri. Usai lebaran, saya sempatkan diri ke Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah, tempat paling menyenangkan di Aceh bagi saya. Hawa sejuk, masyarakat, dan kopi arabika, masih menjadi daya tarik utama. Saya dan teman memilih keliling Danau Lut Tawar dengan sepeda motor suatu kali.

Foto di atas adalah panorama satu sisi Lut Tawar saya rekam dari satu bukit yang berbatasan dengan persawahan dekat Desa Bamil Nosar, Kecamatan Bintang, 23 Juli 2015.

10. Bersama Ikoy Kohler di Sabang

Foto kiriman Makmur Dimila (@makmurdimila) pada


Tak nyangka, saya diundang oleh Ikoy Kohler, salah satu tokoh dalam buku “Berjalan di Atas Cahaya” karya Hanum Salsabiela Rais. Dia adalah putri asli Sabang yang menikah dengan Marco Kohler (Yah Cut Jabbar), mereka kemudian menjalani hidup di Swiss dan menjadi “agen muslim” di sana. 

Foto di atas adalah pose saya bersama Ikoy di teras Tugu KM 0, 14 September 2015, dijepret Ismael M Husen. Sabang biasa saja, tapi menghabiskan beberapa hari bersama Ikoy dan keluarganya, pengalaman luar biasa yang belum sempat saya bukukan.

11. Bertengger di Ujung Paling Barat Indonesia

Foto kiriman Makmur Dimila (@makmurdimila) pada


Pulau Breueh di ujung paling barat Indonesia akhirnya menyambut perjalanan Safariku (bersponsor) di bulan November. Pada event promosi pariwisata Pulo Aceh itu, saya terpesona oleh keindahan alam di Puncak Mercusuar William’s Torrent yang berketinggian 80-an mdpl. Samudera Hindia, perbukitan, dan langit biru, cukup harmonis.

Foto di atas adalah bayangan Menara William’s Torrent, 14 November 2015, yang dihiasi oleh kendaraan dan pemandu wisata sedang menanti peserta trip di bawah sana.

12. Menjaring Ilmu dan Teman di Greenland Jantho

Foto kiriman Makmur Dimila (@makmurdimila) pada


Acara Aceh Blogger Gathering mempertemukan para komunitas online Aceh di Objek Wisata Greenland Jantho, Aceh Besar. Selain kopdar, even dua hari di tengah perbukitan itu juga ajang menambah ilmu blogging, dengan dihadirkan pembicara nasional.

Foto di atas adalah seorang travel blogger Aceh menjajal atraksi Flying Fox di Greenland Jantho, 6 Desember 2015. Pada hari kedua, peserta mempererat silaturrahmi dalam beberapa permainan outbound.

Saya berharap kamu tidak lagi menunda jalan-jalan setelah melihat cuplikan perjalanan Safariku selama 2015. Tak ada yang sia-sia di luar sana.[]

Writer: Makmur Dimila

Berjalanlah… dan ceritakan pengalamanmu 🙂

2 thoughts on “12 Perjalanan #Safariku 2015 Terfavorit di Instagram

    1. Empat pilihan sempurna itu Mas. Kira itinerary-nya begini:
      Dari Medan, naik bus tujuan Takengon, Aceh Tengah.
      Day 1. Hanya sekitar 10 jam sudah sampai di sana.
      Day 2-4. Keliling Aceh Tengah.
      Day 5. Naik L300 ke Banda Aceh dari Takengon, sekitar 9 jam.
      Day 6. Pagi di Banda Aceh langsung menyeberang ke Pulau Nasi, cuma satu jam. Semalam di sana, lalu balik ke Banda Aceh.
      Day 7. Malamnya lanjutkan perjalanan ke Aceh Barat Daya sekitar 8 jam. Nginap semalam, besok paginya langsung ke Pulau Gosong.
      Day 8. Sore langsung ke Labuhan Haji, Aceh Selatan. Tiba malam langsung nyeberang ke Simeulue jika milih kapal lambat selama 10 jam. Nnginap semalam jika ingin pergi dengan pesawat esok paginya, yang tak sampai satu jam.
      Day 9-12. Menikmati sebagian Pulau Simeulue.
      Day 13. Kembali ke Banda Aceh (dengan pesawat) atau melanjutkan perjalanan ke Singkil jika mau coba Pulau Banyak.
      Day 14. Kembali ke kampung halaman, jika tak jadi ke Pulau Banyak.

      Nah, butuh setidaknya dua minggu. Hahahaha, #CariSponsor 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *